10 Agustus 2020

Pengalaman Pertama Kali Operasi Part II : Pemeriksaan USG dan Diagnosis Dokter

Hasil pemeriksaan USG


Hai, ini adalah Part II dari cerita kemarin buat yang belum baca aku persilahkan untuk baca dulu yaa postingan sebelumnya biar ga penasaran tentang pengalaman aku dari awal banget, kalian bisa langsung klik disini untuk Part I nya hehe.

Pagi hari di tanggal 20 Juni 2020 sesuai rujukan dokter di malam sebelumnya, aku dan Bapak sekitar jam 08.00 menuju ke Rumah Sakit (tapi mampir bentar ke kantor Bapak karena Bapak harus absen dan izin buat nemenin aku) dan setelah itu kita langsung ke rs. Sampai disana ternyata udah banyak orang yang antri di loket administrasi dan menunggu dipanggil untuk masuk ke ruangan poli masing-masing. Akupun sama Bapak harus nunggu lumayan lama sampai kami bisa masuk ke ruang poli penyakit dalam. Ketika di dalam ruangan poli penyakit dalam, dokter langsung nanya apa keluhan ku dan aku langsung disuruh rebahan untuk di periksa dan disitu juga dokternya bilang dugaan terkuat aku kena peradangan usus buntu tapi jangan sampai dan makanya aku diminta USG biar bisa lihat dengan jelas dan untuk mengetahui tindakan selanjutnya apa, oiya aku juga sempat ditanya apakah aku pada hari itu berpuasa karena seharusnya sebelum USG itu aku ga boleh makan (btw, aku sebelum berangkat itu sekitar pukul 07.30 makan nasi guys wkwk tapi ga banyak sih karena emang udah kesiangan dan takut telat ke rs tapi mama belum nyiapin apa-apa untuk sarapan yaudah makan seadanya dan cepat-cepat) aku pun bilang bahwa aku ga puasa dan terakhir makan jam setengah 8, dokter pun menimbang-nimbang tapi tetap memaklumi karena ketidaktahuanku kemudian dokter mengatakan untuk mencoba ke ruangan radiologi dulu semoga bisa di lakukan USG, aku dan Bapak pun keluar menuju tempat radiologi untuk USG yang kebetulan 1 gedung juga dengan tempat poli tadi.

Aku dan Bapak pun sampai di depan ruangan radiologi, dan aku masuk untuk menjalani pemeriksaan USG. Ini pertama kali aku USG jadi luarrr biasaa excited, sebelumnya perawat disana juga bertanya apa aku puasa dan aku bilang ga, ditanya lagi terakhir aku makan jam berapa aku jawab jam setengah 8 makan nasi karena gatau kalau USG harus puasa, kemudian prosedur tetap lanjut sih dan pertama-tama aku disuruh lepas baju (tenang perawat dan dokternya cewek juga kok jadi aman) dan kemudian perawat mengoleskan gel gitu rasanya dingin banget dan juga wangi pokoknya enak tapi rada lengket. Kemudian dokter mengarahkan alat USG (gatau namanya apa) ke bagian badan aku yang dioles gel tadi, bentar aja kok prosesnya dan aku disuruh keluar lagi untuk nunggu hasilnya. Beberapa waktu menunggu ternyata aku dipanggil lagi untuk USG ulang katanya yang tadi hasilnya ga kelihatan apa-apa, kemudian aku masuk ke ruangannya lagi dan melakukan USG ulang dan kali ini dokternya fokus ke satu titik yaitu di perut bagian kanan bawah, dokter ngasih aba-aba katanya akan ditekan dan lumayan akan sakit tapi harus aku tahan dan menurutku rasanya ga terlalu sakit jadi aku masih bisa nahan dengan ekspresi biasa aja. USG yang kedua memakan waktu lumayan singkat dibanding yang pertama, dan dokter bilang dia pun sudah menemukan apa permasalahannya dan menyuruh ku untuk menunggu diluar lagi sebentar.

Tidak terlalu lama dibanding yang pertama, dokter keluar lagi membawa hasil USG ku dan bilang bahwa usus buntu aku memang sedang meradang dan sudah lumayan besar/bengkak.

Pemeriksaan USG di Radiologi Rumah Sakit

       
ini hasil pemeriksaan USG aku, bisa dilihat foto yang
 dibawah itulah yang jadi permasalahannya

hasil pemeriksaan USG

Selanjutnya, aku kembali lagi ke poli penyakit dalam untuk membawa hasil USG tadi, dan benar saja dokternya langsung geleng-geleng kepala karena ternyata aku benar mengalami peradangan usus buntu atau biasanya dalam bahasa kedokteran disebut dengan Appendicitis. Dokter pun mengatakan bahwa aku harus melakukan operasi pembedahan usus buntu, btw saat itu ada suatu momen lucu ketika dokter memberitahu bahwa aku harus melakukan operasi kebetulan ekspresi aku dan Bapak biasa saja (tenang dan gaada kaget atau takut apalagi menjerit shock) sedangkan dokternya sendiri memberitahu kabar itu dengan ekspresi sedih dan dramatis wkwk dan dia pun sampai menanyakan apakah Bapak aku adalah orang kesehatan karena tidak ada raut kaget sama sekali mengetahui anak gadisnya mau di operasi, dan Bapak aku pun bilang iya dia orang kesehatan dan menyebutkan dia kerja dimana barulah setelah itu Dokternya memaklumi hal itu karena Bapak aku memang sudah biasa dihadapkan dengan kondisi darurat seperti itu jadi ga kaget lagi.

Dokter penyakit dalam pun menyarankan aku untuk ke dokter bedah dan kebetulan ruangannya itu sebelahan namun aku harus mengikuti prosedur dulu yaitu harus antri untuk masuk ke ruang poli bedah, sambil menunggu ketemu dengan dokter bedah aku mengabari Mama, Mbak Sri, dan sahabat di grup WA aku tentang diagnosis penyakit aku yang mengharuskan aku menjalani prosedur operasi secepatnya.

Ketika giliran ku masuk ke ruangan poli bedah, aku ketemu dokter yang sangat baik (tidak kalah baiknya dengan dokter di poli penyakit dalam dan yang USG aku sebelumnya hanya saja dokter kali ini lumayan berumur tapi gagah dan terlihat berwibawa, benar saja setelah itu aku tau kalau dokter bedah aku adalah salah satu dokter bedah polisi), aku masuk ke ruangan itu sambil membawa hasil pemeriksaan ku sebelumnya dan dokter bedah pun kemudian menyuruh aku berbaring dan melakukan beberapa pemeriksaan singkat dengan cara menekan di daerah sekitaran perut, katanya itu untuk memastikan posisi pembelahan pada saat nanti operasi namun saat itu aku terlanjur tegang hingga akhirnya dokter tidak bisa memastikan apakah akan dilakukan pembedahan kecil atau besar. Namun saat dilihat dari hasil USG ku kemungkinan besar akan dilakukan pembedahan besar karena radang usus buntu aku sudah lumayan besar dan bengkak, hingga mungkin ada yang sudah pecah dan lengket ke daerah lain dan itu sangat membahayakan.

Dokter bedah pun memutuskan aku harus segera di operasi hari itu juga tapi sebelumnya dokter bertanya pertanyaan yang sama yang pernah diajukan oleh 2 orang sebelumnya yaitu "apakah aku berpuasa?" yaudah aku jawab seperti sebelumnya, dan dokter pun menimbang-nimbang waktu aku terakhir makan dan tiba-tiba bilang "gimana kalau operasinya jam 2 ini?" (aku shock banget guys disitu posisinya jam 12an gitu berarti bentar lagi dong ya jam 2? sedangkan aku gaada persiapan apa-apa, cuman bawa sling bag kecil isi hp, dompet, liptint doang) terus aku diem aja, kemudian asisten dokter tadi bilang bahwa siang ini dokternya ada kegiatan dan mundurlah jam operasi aku menjadi jam 6 sore hingga saat itu aku ga boleh makan minum alias harus berpuasa dan melakukan serangkaian prosedur sebelum operasi, sesaat setelah keluar dari ruangan perawat bilang aku langsung aja masuk ke ruangan inap biar enak langsung menjalani beberapa prosedurnya dan Bapak aku langsung diminta mengurus administrasi rs.

Aku langsung chat semuanya lagi bahwa jadwal operasi aku hari itu juga jam 6, dan aku bilang ke Bapak untuk ke kantor aja karena kasian udah setengah hari di rs, aku chat mama juga untuk siapin beberapa barang yang aku perlukan dan aku minta temen ku untuk datang nemenin aku yang sebelumnya aku suruh untuk mengambil barang di rumah. Sedangkan aku sendiri langsung masuk ke ruangan rawat inap, sesuai BPJS aku seharusnya mendapatkan ruangan fasilitas kelas I namun karena rumah sakit tersebut tergolong rs baru dan disana belum dibangun ruangan untuk kelas I dan kelas II, jadilah aku dimasukkan ke ruangan kelas III (karena hanya ada itu saja) di dalam ruangan itu terdiri dari 3 ranjang pasien namun hanya aku yang mengisinya selain karena faktor sepi pasien (berhubung covid jadi aktivitas rawat inap dibatasi hanya yang urgent saja) dan juga karena masalah aku yang seharusnya mendapatkan hak ruangan kelas I tadi, aku tidak masalah dengan fasilitasnya selagi aku nyaman.

Lanjutannya ada di Part III ya guys karena cerita di Part ini sudah panjang banget aku takut jadi bosen bacanya wkwk. See u soon di part III <3



With Luv,
Tyaa



Tidak ada komentar:

Posting Komentar