24 Agustus 2020

Pengalaman Pertama Kali Operasi Part III : Ruangan Operasi Itu Luar Biasa Dingin?!!

Hai, ini adalah part III dari cerita kemarin dan buat yang belum baca part sebelumnya bisa klik Part I dan Part II agar membacanya secara runtut dan tidak terjadi kebingungan hehe. Oiya, mungkin chapter 3 ini akan menjadi sebuah tulisan yang panjang dan aku harap ga bosen ya untuk membacanya sampai selesai <3

...

Ketika operasi ku sudah dijadwalkan oleh dokter bedah, aku pun langsung disuruh untuk masuk ke kamar inap agar serangkaian proses sebelum operasi cepat dilakukan. Apalagi sekarang kita semua sedang menghadapi bahaya pandemi covid-19, aku juga perlu melakukan tes covid dan jika hasil tes covid aku reaktif mau tidak mau operasi ku harus ditunda lalu aku wajib dikarantina disana sampai covid aku sembuh namun sebaliknya jika hasil tes covid aku non-reaktif maka prosedur operasi dapat terus dijalankan. Waktu itu seorang perawat pria datang ke kamar ku dan dia membawa seperangkat alat untuk tes covid, dia bilang 'maaf mungkin ini akan terasa sakit karena jarumnya lumayan besar' dan aku bilang 'oh oke' bener aja ternyata jarumnya lumayan besar wkwk tapi anehnya aku ga merasa sakit sama sekali lohh tiba-tiba aja darah aku udah selesai diambil oleh kakak itu (aku pikir dia jago banget nyuntiknya sampe aku ga ngerasa sakit benerrrr suer deh!) dan setelah mengambil darah ku pun dia bergegas keluar untuk segera ke lab (mungkin.. entahlah)

Setelah proses itu aku juga disuruh ke ruangan radiologi (tempat dimana aku USG juga) aku kesana ditemenin sama seorang perawat, dan ternyata disana aku disuruh foto rontgen. Akupun berganti baju khusus untuk rontgen dan segera melakukan proses itu hmm bentar aja kok prosesnya ga sampe 15 menit, kemudian aku disuruh nunggu diluar untuk menunggu hasilnya dan seingetku sih nunggunya lumayan lama juga tapi ga selama nunggu hasil USG. Perawat radiologi pun memberikan hasilnya dan alhamdulillah semuanya baik-baik aja, oiya aku juga menerima hasil tes covid aku yaitu non-reaktif dan perawat pun bilang aku bisa dipasang infus. Jujur, saat itu aku haus dan laper bangettt tapi karena harus puasa aku ga boleh minum/makan apapun. Astaga aku hampir kelupaan cerita bahwa saat itu aku di kamar ditemenin sama temen ku karena Bapak harus ke kantor lagi dan Mama masih sibuk di rumah.

Hasil rapid test covid-19 alhamdulillah non-reaktif


ini hasil pemeriksaan Thorax PA


alhamdulillah hasilnya baik-baik aja


Setelahnya perawat dateng lagi dengan seperangkat alat infus (?) wkwkwk, keribetan pun dimulai saat itu karena perawatnya ga nemu-nemu titik dimana aku bisa di infus :( katanya terlalu kecil sampai mereka kesulitan. Saat itu jujur aku tegang banget karena mereka aja susah banget nemu titik buat nyuntiknya, takut kalau terjadi kenapa-napa tapi yah aku bawa diem aja enjoy sambil haha-hihi ga jelas.Terus tiba-tiba perawat pun bilang bahwa dia sudah dapat dan memutuskan untuk mencoba menyuntikkan infus di titik itu, kemudian jarum pun masuk dan rasanya wow sekali wkwk tapi harus tetep kalem dan cantik. Ternyata saat itu darah ku lumayan banyak keluar dan menetes di sprei ranjang rumah sakit hingga menetes ke lantainya (btw aku ga berani liat waktu disuntik, beda dengan yang pertama tadi aku justru excited mau lihat) terus pas sudah selesai perawat pun keluar, dan aku baru nengok ke infusan-nya wkwk sampe temen ku bilang "sakit ga?" dan aku dengan pedenya bilang "gak sakit kok" terus dia bilang "darah kamu banyak keluar netes kemana-mana" saat itu juga aku shock tapi tetep kalem.

Beberapa waktu kemudian Mama dan Bapak datang, bawain perlengkapan lebih banyak dibanding barang request-an aku yang dibawa sama temen ku. Aku merasa kasihan sama dia karena sudah lumayan lama nemenin aku jadi mama suruh dia untuk pulang dulu buat mandi dan ganti baju. Selagi dia sudah pulang, tiba-tiba masuk perawat laki-laki 2 orang gagah banget ya seumuran mungkin sama aku :p dia bilang jadwal operasi aku sebentar lagi dan aku harus menuju ruangannya untuk ganti baju khusus operasi. Kami pun menuju ruang operasi sambil diiringin sama Mama (aku gatau waktu itu Bapak kemana jadi cuman Mama yang ikut nemenin aku waktu ranjang aku di dorong menuju ruang operasi) Mama sambil senyum nyemangatin aku dan ga lupa nge-video-in aku yang terus-terusan senyum bahagia biar Mama ga ikutan tegang/khawatir. Aku pun masuk di dorong ke dalam ruangan operasi, dan Mama ga bisa ikut ke dalam dan disuruh nunggu diluar aja, pintu ruangannya pun segera ditutup dan lampu tanda di ruangan operasi pun menyala. 

Dingin.. satu kata yang bisa aku deskripsikan tentang ruangan operasi, dinginnya benar-benar dingin dan menurutku ga manusiawi wkwk. Aku disamperin sama seorang perawat cewek dan dia nyerahin baju khusus operasi warna biru terang dan aku pun diminta ganti baju + melepas semua perhiasan (kebetulan perhiasan sendiri aku sudah lepas sebelum dijemput 2 perawat ganteng dan sudah aman sama mama), aku kesulitan mengganti pakaian sendiri dan meminta bantuan dengan perawat cewek itu bahkan dia sampe menguncir rambutku agar mudah dipasang penutup kepala khusus pasien yang mau operasi. Kemudian, aku disuruh nunggu lagi sebelum benar-benar di dorong menuju ruang operasi sesungguhnya hmm lumayan lama aku menunggu sampai kedinginan, perawat itu pun juga menyuruhku untuk berdoa agar operasinya berjalan lancar dan berhasil.

Datanglah para perawat yang aku lupa jumlahnya berapa, ku inget ada 2 cewek dan sisanya semua cowok lalu mereka mendorong aku ke ruangan operasi. Aku lupa di dorong ke ruangan operasi yang mana karena di dalam sana ada 2 ruangan operasi, setelah sampai di ruangan itu aku disuruh pindah ke ranjang khusus operasi (aku berdiri dan pindah sendiri karena kondisi aku fit aja). Kesan yang paling membekas bagi ku adalah ruangan operasi itu dingin... lebih dingin dibanding ruangan waktu aku ganti baju tadi tapi aku ga tau tepatnya suhu disana berapa, aku juga baru tau kalau di ruangan operasi ada musik yang tujuannya mungkin biar para dokter/perawat ga jenuh saat operasi (tapi waktu operasi aku dimulai, dokter bedah minta musiknya untuk dimatikan saja karena katanya biar semuanya fokus). 

Di dalam ruangan itu aku ga langsung di anestesi dan di operasi kok, aku masih harus nunggu persiapan operasinya jadi aku lihat dokter/perawat menyiapkan semuanya termasuk alat-alat bedah (jujur disini aku lihat dan denger bunyi dari alat-alat bedah itu langsung ngilu wkwk) dan juga sambil nunggu dokter bedahnya datang oiyaa semua perawat/dokter disana pakai APD kok jadi aman dan akupun harus tetap menggunakan masker. Setelah beberapa waktu tepatnya jam 18.30 WITA dokter bedah pun datang dan memulai instruksi untuk operasi yang pertama adalah proses anastesi, seluruh tubuh ku diberi sejenis alkohol tapi aku gatau namanya apa dan aku pun disuruh duduk dan dokter mulai menyemprotkan cairan yang rasanya itu dingin kemudian langsung menyutikkan anestesi di bagian daerah sumsum tulang belakang  .. jujur ga sakit sama sekali dan tiba-tiba aja sepersekian detik sudah selesai dan langsung disuruh rebahan. Oiya aku lupa sebelum anastesi atau sesudahnya yang pasti aku dipasang alat (sejenis untuk detak jantung gitu) di jari.. lucunya bunyi jantungku jadi ketahuan dari yang awalnya bunyinya kenceng dan cepat banget alias gugup sampai tiba-tiba melemah dan makin lemah bunyinya, ga ketinggalan juga dipasang oksigen (bayangin aja guys oksigen + masker mulut hidung)

Untuk anestesinya sendiri aku diberikan jenis anestesi regional yang mana aku tetap sadar kok hanya saja bagian bawah dari daerah perut sampai ke kaki gaada rasanya sama sekali. Awalnya setelah disuntik itu kaki ku mulai terasa kesemutan pokoknya dipegang-pegang ga berasa sama sekali dan di angkat pun ga bisa. Dokter bedah pun mulai menekan bagian tubuh ku untuk memilih harus melakukan proses pembedahan yang bagaimana terhadap penyakit ku ini, karena kata beliau saat sudah di anestesi tubuh ku jadi ga tegang lagi dan memudahkannya untuk menentukan harus dilakukan pembedahan yang besar/kecil dan ternyata dokter memilih pembedahan dengan skala yang besar yaitu belah di tengah  secara vertikal tepat dari bawah pusar. Setelahnya dokter pun mulai melakukan pembedahan, dan jika ditanya ngerasa atau ga? jujur aku masih ngerasa saat proses itu termasuk juga proses memotong usus buntunya dan mencari peradangan yang telah pecah dan menyebar sebagian tapi aku ga bisa lihat kok karena terhalang pembatasnya (ya kayak di drama korea itu loh ada pembatas kan jadi ga bisa langsung melihat proses belah-belahnya). Rasanya perutku seperti diobok-obok wkwk dan itu bikin aku mual mau muntah, mau minta tolong suruh dokter stop aja karena aku ga tahan sama rasa mualnya tapi semuanya nihil, aku gabisa ngeluarin suara apa-apa padahal sudah berjuang sekuat tenaga. Kalau ditanya sakit atau ga? ga sakit kok, aku justru fokus sama rasa dinginnya yang bikin tubuh ku bergetar hebat karena menggigil ya bayangin aja dari atas sampai bawah bergetar hebat sampai perawat-perawatnya megangin tubuh ku, aku bisa melihat karena aku ga tertidur dan aku bisa lihat kedua tangan ku bergetar hebat dan mendengar bunyi detak jantung ku di mesin itu makin melemah sampe aku kepikiran apa aku bisa meninggal ya tapi konyol banget meninggal gara-gara operasi usus buntu aja, jujur takut banget kalau ga bisa bangun lagi.

Di tengah-tengah jalannya operasi karena tubuh ku menggigil dengan hebat, sampai bikin dokter bedahnya bingung karena pasiennya bergerak aktif (waktu itu aku terlalu sulit nafas menggunakan hidung/mulut karena ketutupan sama oksigen dan masker alhasil aku pakai pernafasan perut jadi perutku bergerak aktif wkwk) akhirnya dokter pun menginstruksikan agar anestesi ku ditambah jadi perawat pun menyutikkan anestesi lagi tapi kali ini melalui infus tapi tetep aja ga mempan sama sekali wkwkwk :(. Kalau ditanya apa waktu dijahit masih berasa? iya! masih berasa kok waktu jarum jahitnya ditusuk ke tubuhku dan waktu dokter menjahitnya pun masih berasa.. rasanya itu seperti kulit perutku ditarik dari ujung kiri ke ujung kanan dan lumayan agak kenceng sih dan bikin perasaan terkejut yang aneh.

Tapi ada bener-bener satu momen lagi yang ga pernah bisa aku lupain seumur hidup kayaknya wkwk, setelah operasi karena aku ga bisa langsung jalan otomatis dipakein alat pembantu untuk buang air kecil sejenis selang gitu namanya keteter, aku ga bisa foto gimana bentukannya yaa hehe jadi cari aja di google supaya paham maksud aku.. waktu itu bius aku sudah ga sekuat di awal-awal lagi rasanya namun masih kebas dan perawat-perawat pun mencoba memasang keteter di aku dan mereka luar biasa kesulitan bahkan lumayan memakan waktu yang lama kira-kira setengah jam. Kendalanya adalah mereka ga nemuin selang yang cocok dipasang ke aku (jadi selangnya itu ada nomornya yah dan kebetulan nomor selang yang cocok untuk aku kayaknya gaada jadi mereka kerepotan) jadi tiap dicoba pasang selangnya selalu lepas-lepas terus pokoknya ga cocok di aku, kayaknya hampir semua perawatnya satu-per-satu nyoba masangin selang keteter itu ke aku tapi selalu gagal sampai mereka frustasi wkwk padahal saat itu obat bius ku belum sepenuhnya habis/hilang jadi harusnya sih mudah ya.. rasanya dipasang keteter itu gimana? jujur sakit wkwk apalagi mereka nyoba masang itu kayaknya puluhan kali bahkan kayak dipaksa gitu tetep aja ga bisa.. pokoknya kurang lebih 30 menitan baru bisa deh.. sebenernya aku malu banget karena rata-rata diruangan itu di dominasi sama cowok dan yang berhasil masang keteter sepedengaranku adalah cowok.. tapi mau gimana lagi yaa yaudah pasrah aja :")

Setelah sudah selesai pasang keteter, tubuh aku dibersihkan perawat cewek yang di awal bantuin aku ganti baju itu karena tubuh ku kotor akibat diolesin cairan apa gitu warna kuning. Setelah itu proses keribetan lain pun dimulai yaitu mindahin aku ke ranjang pasien rawat inap dari ranjang operasi, gara-gara ketidaktahuan mama ku dia cuma bawain aku selimut bali yang tipis gitu loh, seharusnya aku pake sarung atau bahasa banjarnya tapih jadi susah banget buat mindahin aku dan yang bener aja sampai selimut bali kesayangan aku sobek :( aku pun dijemput lagi sama 2 perawat cowok yang gagah di awal, dan di dorong untuk kembali ke kamar rawat inap, yang aku lihat pertama setelah pintu ruangan operasi di buka adalah mama, bapak dan temen ku yang sudah nunggu di depan pintu, mereka terlihat khawatir dengan kondisi aku yang masih lemah, ngantuk dan capek banget sampai buka mata aja susah apalagi masih dalam kondisi kedinginan. Kita semua pun menuju kamar inap...

Selanjutnya ada di Part IV yang akan menjadi part terakhir, see u soon! <3


With luv,

Tyaa



foto ini diambil sama mama, tepat setelah aku masuk ke ruangan inap kondisi masih
 lemah, capek dan ngantuk luar biasa maaf ya di sensor dan b&w hehe


*bonus* dan ini adalah hasil pembedahannya huhuhuhu 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar